Sunday, January 5, 2014

Paragraf Eksposisi, Persuasi, Deskripsi, dan Argumentasi


  • Paragraf Eksposisi
          Paragraf eksposisi adalah paragraf yang ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan penjelasan (explain) atau pengertian. contoh tulisan eksposisi ialah berita dalam koran dan suatu petunjuk penggunaan.


Contoh :
Berikut ini adalah cara untuk men-non-aktifkan suara (mode sunyi) untuk ponsel ada:
1) Menu
2) Pilih menu Pengaturan
3) Pilih submenu Suara
4) Pilih Mode Sunyi

  • Paragraf Persuasi
          Paragraf persuasi adalah paragraf yang ditulis dengan tujuan untuk mempengaruhi pembaca melakukan apa yang penulis tulis. Paragraf ini biasanya berisi ide, gagasan, atau pendapat penulis disertai imbauan atau ajakan kepada pembaca sehingga pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat penulis adalah benar dan terbukti.

Contoh :
Marilah kita semua menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya sehingga dapat menghindari banjir dan pencemaran lingkungan demi kesehatan dan kenyamanan kita semua.

  • Paragraf Deskripsi
          Paragraf deskripsi adalah paragraf yang ditulis dengan tujuan untuk menggambarkan sesuatu atau seseorang secara terperinci dan mendetil sehingga pembaca merasa benar-benar melihat, mendengar atau merasakannya sendiri.

Contoh :
Kakek itu memakai baju berwarna biru yang sudah lusuh dan basah terkena hujan yang mengguyur Jakarta sejak tadi pagi. Topinya sudah banyak lubang sehingga air hujan membasahi kepalanya yang sudah berkeriput dan rambutnya yang putih sudah berantakan karena tidak pernah disisir.

  • Paragraf Argumentasi
          Paragraf argumentasi adalah paragraf yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan pembaca yang berisi penjelasan, pembuktian, alasan, maupun ulasan obyektif disertakan contoh, analogi, dan sebab akibat.

Jangan Lupakan Aku

“Hei, Olive! Kenapa kamu bengong aja? Haha”  seru April membuyarkan lamunanku. “Hmm.. menurut kamu pantas ga kalau kita merasa takut sahabatnya melupakannya karena punya teman baru yang mungkin lebih baik dan mengasikan dibanding kita?” tanyaku pada April. “Hmm bagaimana ya.. menurutku sih setiap orang pasti takut kehilangan orang yang disayangi. Memangnya kenapa sih?” tanya April. “Oh begitu ya. Haha baiklah gapapa kok hehe. Sudah ayo kita pulang!” kataku seraya bangkit berdiri meninggalkan kelas. Sebenarnya aku tidak baik-baik saja. Beberapa minggu belakangan ini aku dan sahabatku, Retta, sering bertengkar karena Retta sedang dekat dengan teman baru di universitasnya yang bernama Maria. Aku dan Retta  berkuliah di universitas yang berbeda dan Retta harus tinggal di asrama maka kami berjanji untuk tetap menjaga persahabatan kami dengan menjaga komunikasi, namun beberapa bulan belakangan ini Retta sering sekali bercerita tentang Maria yang sering membantunya dan mereka sering beraktivitas bersama, masuk oraganisasi yang sama, semakin lama mereka nampak semakin dekat. Aku merasa takut, takut Retta lebih senang bersama Maria dan akhirnya melupakanku.
Aku memutuskan untuk berkunjung ke asrama Retta untuk bermain dan karena kami sudah sangat rindu ingin bertemu. Pagi-pagi sekali aku sudah bangun mempersiapkan bekal makanan untuk kami sarapan, lalu berangkat menuju asrama Retta yang jaraknya tidak dekat dari rumahku. Sesampainya di sana kami berbincang-bincang melepas rindu dan berjalan-jalan mengelilingi universitasnya yang cukup besar. Tiba-tiba pundak kami berdua ditepuk dari belakang “Hei kalian! Berduaan mulu nih mainnya.” Sontak kami kaget dan menengok ke belakang, ternyata teman sekelas Retta. “Ups, maaf aku pikir Retta sama Maria ternyata bukan hehe.” katanya pada kami. “gapapa kok” jawabku sambil tersenyum. Retta tertawa dan berkata “haha makanya jangan sok tau. Kenalin nih temenku namanya Olive.” Aku dan temannyapun bersalaman. Kemudian kami melanjutkan perjalanan dan duduk di bangku taman dan bercerita pengalaman kami masing-masing. “Retta!” panggil seorang wanita yang sedang berjalan ke arah kami. “Hei Emma, mau kemana?”tanya Retta. “Aku mau belanja bulanan dulu sudah habis hehe.” jawabnya, “loh tumben ga sama Maria biasanya kalian selalu berdua.” Tambahnya sambil tersenyum ke arahku dan aku membalas senyumannya. Retta menjawab singkat sambil tertawa “haha ngga kok.” “Oh haha yasuda ya aku belanja dulu” katanya seraya pergi meninggalkan kami. “kamu gapapa kan?” tanya Retta khawatir aku sedih. “Ia gapapa kok” jawabku sambil tersenyum walau sebenarnya aku sedih. “sudah ya aku pulang sudah sore ternyata haha” kataku pada Retta. “oh iya tidak terasa ya haha. Yasuda ayo aku antar sampai ke halte.” Katanya padaku. Kami berjalan ke halte sudah tidak banyak yang kami ceritakan karena aku nampak sedih. Dalam perjalanan kami menuju halte lagi-lagi aku dikira Maria oleh temannya dan aku hanya menunduk. “Maaf ya..” kata Retta padaku. “Hmm sebenarnya aku sedih sih selalu dikira Maria tapi yasudalah tidak apa-apa hehe.” jawabku sambil berusaha tersenyum padanya dan masuk ke dalam bus. Kami saling melambaikan tangan dan tersenyum. Aku melihat dari dalam bus Retta mengetik pada ponselnya, aku pikir dia akan mengirim pesan padaku namun sudah 10 menit aku tunggu pesan itu tak kunjung datang.
Beberapa minggu kemudian aku ingin menyapanya melalu WhatsApp tapi aku tidak punya pulsa internet jadi aku meminjam handphone ayah dan melihat profil kontak Retta. Dia membuat status “Thank you for being my best friend” aku berkata dalam hati “wah sweet banget Retta buat status untuk aku” tetapi kemudian pikiran lain muncul “bisa saja itu untuk Maria yang selalu bisa menemani dan membantu dia dari dekat sedangkan aku tidak bisa membantu banyak karena jarak ini hmm.” Aku pun memulai percakapan dengannya:
Me       : Hei!
Retta   : Hei, siapa ya?
Ternyata Retta belum menyimpan nomor ponsel ayahku yang baru, niat iseng muncul di diriku.
Me       : “ini aku teman SMP kamu hehe. gimana kabarmu?”
Retta   : “iya siapa namanya? Baik kok hehe”
Me       : “ayo tebak dong hehe. wah statusmu untuk siapa itu?”
Retta   : “untuk sahabatku dong Olive”
Aku terhenyak. Retta yang tidak tau dengan siapa  dia berbicara berani menyatakan bahwa aku sahabatnya.
Me       : “Terima kasih ya J
Retta   : “loh kok terima kasih? Ini siapa sih?”
Me       :“Terima kasih karena mau menyatakan bahwa aku sahabatmu ke orang lain yang bahkan kamu tidak tahu itu siapa. Maafkan aku yang sempat meragukanmu dan takut kamu melupakanku. Aku sangat bahagia bisa menjadi sahabatmu.”
Retta   :”Olive? Ia maafkan aku juga yang sering mengecewakanmu, aku mengasihimu sahabat terbaikku.”
Me       :”Aku juga mengasihimu.”
            Kini aku yakin bahwa Retta benar-benar menjaga persahabatan kami walaupun dia sudah memiliki banyak teman di asramanya dan aku pun akan berusaha menjaga persahabatan ini dengan tidak selalu khawatir akan kehilangan.